Kamis, 14 Juni 2012

Proposal Metode Penelitian Kualitatif

Motivasi Peziarah Gunung Kawi Berdo’a Di Makam Eyang Jugo dan Makam RM Iman Soedjono



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Nama “Gunung Kawi” sangat identik dengan hal-hal yang mistik dan magis. Banyak orang yang menganggap orang-orang yang datang ke gunung kawi beraitan dengan hal-hal mistik terutama untuk pesugihan. Padahal tidak semua orang demikian, karena terlihat banyak sekali wisatawan yang datang hanya untuk menikmati keindahan dan kesejukan alam Gunung Kawi saja. Namun ada juga orang yang datang kegunung kawi tidak hanya untuk bermain-main saja. Melainkan mereka datang dengan tujuan yang berbeda-beda. Namun pada intinya setiap orang datang ke gunung kawi semata- mata untuk berdo’a demi kelancaran dan kesuksesan untuk masa depan yang lebih baik.
Seseorang hidup didunia ini sudah memiliki kewajiban untuk berdo’a. Dalam hal ini berdo’a bertujuan untuk mendapatkan sesuatu hal yang diinginkan. Pada dasarnya berdo’a hanyalah ditujukan kepada Tuhan. Untuk berdo’a seseorang dapat melakukan dimana saja dan kapan saja menurut keyakinan masing-masing. Namun saat ini banyak sekali yang berdoa ditujukan untuk para leluhur yang sudah meninggal. Kasus ini dapat dilihat pada kejadian banyak orang yang mulai memuja-muja para makam yang ada di gunung kawi.
Gunung kawi merupakan suatu tempat yang unik sekali untuk dikunjungi. Karena tempatnya yang berada digunung berapi, Jawa Timur, Indonesia yang dekat dengan Gunung Butak. Untuk letaknya, Gunung Kawi ini terletak di sebelah barat kota Malang. Objek wisata Gunung Kawi ini lebih tepat dijuluki sebagai kota di pegunungan. Mengapa demikian, karena jika berwisata ke tempat ini tidak akan menemukan suasana yang sepi. Melainkan suguhan sebuah pemandangan yang indah dan suasana yang sangat ramai dengan adanya bangunan-bangunan dengan arsitektur khas yang dapat menunjukkan bahwa tempat itu tampak seperti tempat untuk bersembahyang atau melakukan ritual-ritual.
Ada banyak hal unik yang terdapat di daerah pegunungan gunung kawi tersebut, selain bangunannya yang unik ada juga hal unik lainnya yaitu adanya makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono. Kedua makan tersebut adalah makam yang istimewa. Makam dua orang yang dianggap mempunyai kelebihan, terbukti dari banyaknya pengunjung dan peziarah yang datang untuk berziarah disana. Terlebih pada hari-hari tertentu seperti seperti malam senin pahing dan malam jum’at legi banyak sekali peziarah yang datang berduyun-duyun untuk mengunjungi tempat wisata Gunung Kawi tersebut. Tidak hanya dari wilayah malang atau jawa timur saja, tetapi juga dari berbagai daerah di nusantara bahkan juga sampai mancanegara dari latar belakang ekonomi dan budaya yang berabeda dan juga berbagai etnis melebur menjadi satu ditempat ini. Kegiatan ini merupakan hal unik yang menarik perhatian penulis untuk melihat motivasi para pengunjung pesarean Gunung Kawi ini.

1.2       Rumusan Masalah
Dari dasar uraian yang terdapat pada Latar Belakang, maka permasalahan yang hendak ditelusuri adalah:
1.    Apa yang mendasari para peziarah sering melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono?
2.    Apa motivasi peziarah selalu melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono?
3.    Apa hasil yang didapatkan setelah melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono?
  
1.3       Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar peziarah sering melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono.
2.    Untuk mengetahui motivasi para peziarah melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono.
3.    Untuk mengetahui hasil apa yang didapat setelah melakukan ritual berdoa di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono.

1.4       Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat memberikan masukan atau pengetahuan yang lebih mengenai pesarean di Gunung Kawi yang sudah menjadi tempat wisata yang sangat terkenal. Selain itu juga dapat memberikan pengetahuan mengenai teori-teori motivasi yang akan dipergunakan sebagai landasan untuk menulis mengenai semua yang berhubungan dengan Gunung Kawi. Serta untuk melengkapi tugas-tugas mengenai studi tentang pesarean Gunung Kawi ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1.1       Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.
Dalam teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow, yang merupakan teori kebutuhan. Dimana pada intinya Abraham H. Maslow mempunyai pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingakatan atau hierarki kebutuhan yaitu, (1) kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, dan (5) Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya segingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Dalam hal ini, maka yang akan dianalisis dengan teori motivasi tersebut adalah dengan menganalisa Hierarki Kebutuhannya. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki sifat dan intensitas kebutuhan yang berbeda antara orang satu dengan orang yang lainnya, karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak lepas dari materi. Kebutuhan manusia juga besifat psikologikal, mental, intelektual dan juga spiritual.
Didalam teori Maslow, dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow ini semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau koreksi tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan” yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
  • Kebutuhan yang suatu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
  • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
  • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2.2       Peziarah
Ziarah berarti berkunjung, baik berkunjung kepada orang yang masih hidup atau berkunjung ke tempat-tempat perkuburan. Sedangkan peziarah berarti orang yang melakukan kegiatan ziarah (berkunjung).

2.3       Berdo’a
Doa adalah memohon atau meminta suatu yang bersifat baik kepada Allah SWT seperti meminta keselamatan hidup, rizki yang halal dan keteguhan iman. Sebaiknya kita berdoa kepada Allah SWT setiap saat karena akan selalu didengar olehNya.

2.4       Motivasi Peziarah Gunung Kawi Berdo’a Di Makam Eyang Jugo dan Makam RM Iman Soedjono
Motivasi untuk merencanakan suatu keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Yaitu dengan melakukan ziarah ke tempat-tempat yang cukup mempunyai sejarah yang mistis untuk mengabulkan doa-doa yang kita inginkan.

2.5       Sejarah Gunung Kawi
Kronologi sejarah wisata ritual Gunung Kawi dimulai pada tahun 1830, setelah Pangeran Diponegoro menyerah pada Belanda. Banyak pengikutnya dan pendukungnya yang melarikan diri ke arah bagian timur pulau Jawa yaitu Jawa Timur. Di antaranya selaku penasehat spiritual Pangeran Diponegoro yang bernama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria. Beliau pergi ke berbagai daerah di antaranya Pati, Begelen, Tuban, lalu pergi ke arah Timur Selatan (Tenggara) ke daerah Malang yaitu Kepanjen.
Pengembaranya mencapai daerah Kesamben Blitar, tepatnya di dusun Djoego, Desa Sanan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar. Diperkirakan beliau sampai di Dusun Djoego sekitar ± tahun 1840, beliau di dusun Djoego ditemani sesepuh Desa Sanan bernama Ki Tasiman. Setelah beliau berdiam di dusun Djoego Desa Sanan beberapa tahun antara dekade tahun 1840-1850 maka datanglah murid-muridnya yang juga putra angkat beliau yang bernama R.M. Jonet atau yang lebih dikenal dengan R.M. Iman Soedjono, beliau ini adalah salah satu dari para senopati Pangeran Diponegoro yang ikut melarikan diri ke daerah timur pulau jawa yaitu Jawa Timur, dalam pengembaraanya beliau telah menemukan seorang guru dan juga sebagai ayah angkat di daerah Kesamben, Kabupaten Blitar tepatnya didusun Djoego Desa Sanan, yaitu Panembahan Eyang Djoego atau Kyai Zakaria, kemudian R.M. Iman Soedjono berdiam di dusun Djoego untuk membantu Eyang Djoego dalam mengelola Padepokan Djoego.
Pada waktu itu Padepokan Djoego telah berkembang, banyak pengunjung menjadi murid Kanjeng Eyang Djoego. Beberapa tahun kemudian ± tahun 1850-1860, datanglah murid R.M. Iman Soedjono yang bernama Ki Moeridun dari Warungasem Pekalongan. Demikianlah setelah R.M.Iman Soedjono dan Ki Moeridun berdiam di Padepokan Djoego, beberapa waktu kemudian diperintahkan pergi ke Gunung Kawi di lereng sebelah selatan, untuk membuka hutan lereng selatan Gunung Kawi. Kanjeng Eyang Djoego berpesan bahwa di tempat pembukaan hutan itulah beliau ingin dikramatkan (dimakamkan), beliau juga berpesan bahwa di desa itulah kelak akan menjadi desa yang ramai dan menjadi tempat pengungsian (imigran).
Dengan demikian maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono bersama Ki Moeridun disertai beberapa murid Eyang Djoego berjumlah ± 40 orang, di antaranya : Mbah Suro Wates, Mbah Kaji Dulsalam (Birowo), Mbah Saiupan (Nyawangan), Mbah Kaji Kasan Anwar (Mendit-Malang), Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Tugu Drono, Ki Kromorejo, Ki Kromosari, Ki Haji Mustofa, Ki Haji Mustoha, Mbah Dawud, Mbah Belo, Mbah Wonosari, Den Suryo, Mbah Tasiman, Mbah Tundonegoro, Mbah Bantinegoro, Mbah Sainem, Mbah Sipat / Tjan Thian (kebangsaan Cina), Mbah Cakar Buwono, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa (asal Ciang Ciu Hay Teng- RRC). Maka berangkatlah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun dan dibekali dua buah pusaka “Kudi Caluk dan Kudi Pecok” dengan membawa bekal secukupnya beserta tokoh-tokoh yang telah disebutkan namanya ditambah 20 orang sebagai penderek (pengikut), dan sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin rombongan dan pembukaan hutan dipercayakan pada Mbah Wonosari.
Setelah segala kebutuhan pembekalan lengkap maka, berangkatlah rombongan itu untuk babat hutan lereng sebelah selatan Gunung Kawi dengan pimpinan Mbah Wonosari. Setelah sampai dilereng selatan Gunung Kawi, rombongan beristirahat kemudian melanjutkan babat hutan dan bertemu dengan batu yang banyak dikerumuni semut sampai pertumpang-tumpang kemudian tempat itu dinamakan Tumpang Rejo. Setelah itu perjalanan diteruskan ke arah utara. Di sebuah jalan menanjak (jurang) dekat dengan pohon Lo (sebangsa pohon Gondang), mereka berhenti dan membuat Pawon (perapian). Lama-kelamaan menjadi sebuah dusun yang dinamakan Lopawon. Kemudian mereka melanjutkan babat hutan menuju arah utara sampai ke sebuah hutan dan bertemu sebuah Gendok (barang pecah belah untuk merebus jamu) yang terbuat dari tembaga, sehingga lama-kelamaan dinamakan dusun Gendogo. Setelah itu melenjutkan perjalanan ke arah barat dan beristirahat dengan memakan bekal bersama-sama kemudian melihat pohon Bulu (sebangsa pohon apak/beringin) tumbuh berjajar dengan pohon nangka. Kemudian hutan itu disebut dengan Buluangko dan sekarang disebut dengan hutan Blongko. Selesai makan bekal perjalanan dilanjutkan kearah barat sampai disebuah Gumuk (bukit kecil) yang puncaknya datar lalu dibabat untuk tempat darung (tempat untuk beristirahat dan menginap selama melakukan pekerjaan babat hutan, tempat istirahat sementara), kemudian tempat itu ditanami dua buah pohon kelapa. Anehnya pohon kelapa yang satu tumbuh bercabang dua dan yang satunya tumbuh doyong/tidak tegak ke atas, sehingga tempat itu dinamakan Klopopang (pohon kelapa yang bercabang dua). Kemudian, setelah mendapatkan tempat istirahat (darung) pembabatan hutan diteruskan ke arah selatan sampai di daerah tugu (sekarang merupakan tempat untuk menyadran yang dikenal dengan nama Mbah Tugu Drono) dan diteruskan ke timur sampai berbatasan dengan hutan Bulongko, kemudian naik ke utara sampai sungai yang sekarang ini dinamakan Kali Gedong, lalu ke barat sampai dekat dengan sumbersari.
Selesai semuanya kemudian membuat rumah untuk menetap juga sebagai padepokan, di rumah itulah R.M. Iman Soedjono dengan Ki Moeridun beserta seluruh anggota rombongan berunding untuk memberi nama tanah babatan itu. Karena yang memimpin pembabatan hutan itu bernama Ki Wonosari, kemudian disepakati nama daerah babatan itu bernama dusun Wonosari. Karena pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi dianggap selesai, maka diutuslah salah satu pendereknya (pengikut) untuk pulang ke dusun Djoego, Desa Sanan Kesamben, untuk melapor kepada Eyang Djoego bahwa pembabatan hutan dilereng selatan Gunung Kawi telah selesai dilakukan. Setelah mendengar laporan dari utusan R.M. Iman Soedjono tersebut maka berangkatlah Kanjeng Eyang Djoego ke dusun Wonosari di lereng selatan Gunung Kawi yang baru selesai.
Untuk memberikan petunjuk-petunjuk dan mengatur siapa saja yang harus menetap di dusun Wonosari dan siapa saja yang harus pulang ke Dusun Djoego dan juga beliau berpesan bahwa bila beliau wafat agar dimakamkan (kramatkan) di sebuah bukit kecil (Gumuk) yang diberi nama Gumuk Gajah Mungkur. Dengan adanya petunjuk itu lalu dibuatlah sebuah taman sari yang letaknya berada ditengah antara padepokan dan Gumuk Gajah Mungkur yang dulu terkenal dengan nama tamanan (sekarang tempat berdirinya masjid Agung Iman Soedjono). Tokoh-tokoh yang menetap di dusun Wonosari diantaranya ialah : Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono, Ki Moeridun, Mbah Bantu Negoro, Mbah Tuhu Drono, Mbah Kromo Rejo, Mbah Kromo Sasi, Mbah Sainem, Kyai Haji Mustofa, Kyai Haji Muntoha, Mbah Belo, Mbah Sifat / TjanThian, Mbah Suryo Ngalam Tambak Segoro, Mbah Kijan / Tan Giok Tjwa.
Demikian di antaranya yang tinggal di Dusun Wonosari yang baru jadi, yang lain ikut Kanjeng Eyang Djoego ke Dusun Djoego, Desa Sanan, Kesamben, Blitar. Dengan demikian Kanjeng Eyang Djoego sering melakukan perjalanan bolak-balik dari dusun Djoego–Sanan–Kesamben ke Dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk memberikan murid-muridnya wejangan dan petunjuknya yang berada di Wonosari Gunung Kawi.
Pada hari Senin Pahing tanggal Satu Selo Tahun 1817 M, Kanjeng Eyang Djoego wafat. Jenasahnya dibawa dari Dusun Djoego Kesamben ke dusun Wonosari Gunung Kawi, untuk dimakamkan sesuai permintaan beliau yaitu di gumuk (bukit) Gajah Mungkur di selatan Gunung Kawi, kemudian tiba di Gunung Kawi pada hari Rabu Wage malam, dan dikeramat (dimakamkan) pada hari Kamis Kliwon pagi.
Dengan wafatnya Kanjeng Eyang Djoego pada hari Senin Pahing, maka pada setiap hari Senin Pahing diadakan sesaji dan selamatan oleh Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono. Apabila, hari Senin Pahing tepat pada bulan Selo (bulan Jawa ke sebelas), maka selamatan diikuti oleh seluruh penduduk Desa Wonosari yang dilakukan pada pagi harinya. Kegiatan ini sampai sekarang terkenal dengan nama Barikan.
Sejak meninggalnya Kanjeng Eyang Djoego, Dusun Wonosari menjadi banyak pengunjung, dan banyak pula para pendatang yang menetap di Dusun Wonosari. Dikala itulah datang serombongan pendatang untuk ikut babat hutan (membuka lahan di hutan). Oleh Eyang R.M. Iman Soedjono diarahkan ke barat Dusun Wonosari rombongan pendatang itu berasal dari babatan Kapurono yang dipimpin oleh : Mbah Kasan Sengut (daerah asal Bhangelan),Mbah Kasan Mubarot (tetap menetap di babatan Kapurono), Mbah Kasan Murdot (ikut Mbah Kasan Sengut),Mbah Kasan Munadi (ikut Mbah Kasan Sengut).
Rombongan itu juga diikuti temannya bernama Mbah Modin Boani yang berasal dari Bangkalan Madura, bersama temannya Mbah Dul Amat juga berasal dari Madura, juga diikuti Mbah Ngatijan dari Singosari beserta teman-temannya.
Dengan demikian Dusun Wonosari bertambah luas dan penduduknya bertambah banyak pula. Dengan bertambah luasnya dusun dan bertambah banyaknya jumlah penduduk, maka diadakan musyawarah untuk mengangkat seorang pamong yang bisa menjadi panutan masyarakat dalam mengelola dusunnya yang masih baru itu. Maka ditunjuklah salah seorang abdi Mbah Eyang R.M.Iman Soedjono yang bernama Mbah Warsiman sebagai bayan. Dengan demikian Mbah Warsiman merupakan pamong pertama dari Dusun Wonosari.
Pada masa Mbah Eyang R.M. Iman Soedjono antara tahun 1871-1876, datang seorang wanita berkebangsaan Belanda bernama Ny. Scuhuller (seorang putri Residen Kediri) datang ke Wonosari Gunung Kawi untuk berobat kepada Eyang R.M Iman Soedjono. Setelah sembuh Ny. Schuller tidak pulang ke Kediri melainkan menetap di Wonosari dan mengabdi pada Eyang R.M. Iman Soedjono sampai beliau wafat pada tahun 1876. Setelah sepeninggalan Eyang R.M. Iman Soedjono, Ny Schuller kemudian pulang ke Kediri.
Pada tahun 1931 datang seorang Tiong Hwa yang bernama Ta Kie Yam (Pek Yam) untuk berziarah di Gunung Kawi. Pek Yam merasa tenang hidup di Gunung Kawi dan akhirnya dia menetap didusun Wonosari untuk ikut mengabdi kepada Kanjeng Eyang (Mbah Djoego dan R.M. Soedjono) dengan cara membangun jalan dari pesarehan sampai kebawah dekat stamplat. Pek Yam pada waktu itu dibantu oleh beberapa orang temannya dari Surabaya dan juga ada seorang dari Singapura. Setelah jalan itu jadi, kemudian dilengkapi dengan beberapa gapura, mulai dari stanplat sampai dengan sarehan. Pada hari Rabu Kliwon tahun 1876 Masehi, Kanjeng Eyang R.M. Iman Soedjono wafat, dan dimakamkan berjajar dengan makam Kanjeng Mbah Djoego di Gumuk Gajah Mungkur. Sejak meninggalnya Eyang R.M. Iman Soejono, Dusun Wonosari bertambah ramai. 
Eyang Jugo adalah prajurit Diponegoro yang lari ke Gunung Kawi, dan dimakamkan di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1       Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Selain itu ada pula analilsis data. Pada dasarnya analisa data adalah serangkaian proses menguraikan mengolah data yang ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologi. Penelitian fenomenologi mencoba mengungkapkan dan memaparkan makna atas fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Dalam penelitian ini dilakukan pada situasi yang alami.

1.2         Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini untuk menggali motivasi yang dimiliki oleh peziarah yang melakukan ritual berdoa dimakam Mbah Jugo dan Mbah Sujono.

1.3       Subjek Penelitian
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling atau probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping atau nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.

1.4       Waktu dan Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 April 2012, tepatnya pada hari kamis kliwon malam jum’at legi. Dan penelitian ini dilaksanakan pada kawasan pesarehan Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono.

1.5       Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dari penelitian. Pengumpulan data menentukan keabsahan dari suatu penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode observasi, yaitu metode pengamatan langsung kepada subjek penelitian guna memperoleh gambaran yang nyata mengenai rutinitas yang dilakukan oleh para peziarah pesarean Gunung Kawi.
Selain dengan metode tersebut, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara mendalam dengan subjek penelitian. Metode wawancara dapat dimaknai sebagai upaya mendapatkan informasi dari seseorang yang diajak berkomunikasi. Untuk metode wawancara yang dipakai adalah wawancara tak berstruktur. Jadi wawancara ini dilakukan secara bebas, karena peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis. Pedoman yang digunakan hanya garis-garis besar dari permasalahan. Sehingga Peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh, maka peneliti hanya lebih banyak mendengarkan dari pada mengajukan pertanyaan.

1.6       Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan lebih mengutamakan pada penelitian fenomenologi oleh cresswel, 1996, dibagi dalam beberapa langkah penelitian antara lain:
Ø   Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan
Ø   Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data
Ø   Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan)
Ø   Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi
Ø   Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi)
Ø   Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut
Ø   Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

1.7        Keabsahan Data
Dalam keabsahan data ini tidak sedikit dari hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya. Karena ada beberapa hal yang menyebabkan penelitian kualitatif ini diragukan kebenarannya, yaitu dengan adanya subjektivitas dari peneliti yang merupakan hal paling penting/ dominan didalam penelitian kualitatif, dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah dengan wawancara, observasi dalam penelitian penelitian kualitatif ini berisi banyak kekurangan saat dilakukan secara terbuka, selain itu juga sumber data kualitatif bersifat kurang kredibel sehingga dapat mempengaruhi hasil dari akurasi penelitian kualitatif. Oleh karena itu, maka diperlukan cara-cara untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif.
Adapun cara-cara untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:
a)    Validitas
Validitas ini merupakan ketepatan interpretasi penelitian berdasarkan bukti-bukti yang mendukung. Dalam hal ini dapat dikatakan validitas adalah kecocokan data yang diteliti dengan data yang ada dilapangan. Dimana validitas ini juga terbagi menjadi 5 macam, yaitu:
·           Reflective validity
Validitas ini mengandung maksud agar aspek/variabel terukur hendaknya dapat merefleksikan veriabel yang sebenarnya hendak di ukur.
·           Ironic validity
Validitas ini didapat ketika instrument penelitian (peneliti) menggunakan sumber data dalam memperoleh informasi-informasi tentang penelitian yang dilakukan. Sumber data inilah yang merupakan ironic validity.
·           Neo-Pragmatic Validity
Validitas ini berisi teori yang telah ada dibandingkan dengan topik penelitian. Peneliti memilih teori yang cocok dengan topik yang ia pilih. Didalam penelitian ini, peneliti memilih teori yang sesuai dengan topik penelitian, yakni menggunakan teori motivasi dari Abraham Maslow.
·           Rhizomatic Validity
Validitas ini memberikan gambaran bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara linier, namun dengan perhatian yang tinggi, setiap peristiwa itu dapat dipahami dan diunkap banyak cerita sebagai kebenaran yang sahih.
·           Situated Validity
Validitas ini memberikan contoh kebenaran validitas feminist dalam situasi dominasi pengaruh pria, dimana wanita ingin mengekspresikan perilakunya, tampilannya, emosinya, sifat keibuannya secara beragam.

b)   Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dinyatakan seliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti yang sama dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama atau sekelompok data dibagi menjadi dua kelompok menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam suatu objek yang berwarna merah, peneliti yang lain juga demikian. Reliabilitas disini terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
·           Quixotic Raliability
Merupakan keadaan dimana suatu metode pengumpulan data secara kontinyu menghasilkan data yang sama (tidak bervariasi). Reliabilitas ini hanya dilihat sekilas oleh peneliti, sehingga reliabilitas ini sering tidak akurat.
·           Diachronic Reliability
Diachronic reliability adalah reliabilitas yang menunjuk pada stabilitas suatu observasi dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, diachronic reliability adalah sejarah yang memacu sesuatu itu ada.
·           Synchronic Reliability
Reliabilitas ini mengacu pada kesesuaian data atau informasi disetiap kegiatan pengumpulan data. Dalam mengenal perilaku manusia seringkali didapati adanya persamaan sikap, motif dan perilaku.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.    Pesarean Gunung Kawi
Gunung Kawi merupakan salah satu tempat wisata ritual yang terletak pada ketinggian 2.860 meter dari permukaan laut di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Malang, Kecamatan Wonosari, Desa Wonosari. Secara geografis pesarean Gunung Kawi berada disebelah barat kota Malang, kira-kira ± 40 Km dari kota Malang, menuju ke selatan kota Kepanjen, selanjutnya kearah barat menuju ke wisata Gunung Kawi. Di bawah lereng terlihat dua patung raksasa sebagai penjaga pintu gerbang. Kemudian masuk melalui gapura 1 kemudian gapura 2 dan gapura 3 hingga berada di pelataran pesarean Gunung Kawi. Gunung Kawi ini merupakan areal makam Eyang Jugo dan Eyang Sujo, terletak di ketinggian 700 meter Gunung Kawi. Tempat ini dikenal sebagai pasarean Gunung Kawi. Para peziarah datang ke makam ini, terutama saat tanggal 12 bulan Suro, hari Minggu Legi serta Jumat Legi.

4.2       Motivasi atau Tujuan Melakukan Ritual Berdo’a
Di Gunung Kawi ini seseorang selalu memiliki alasan mengapa sering melakukan ritual berdo’a. setiap orang memiliki cara masing-masing untuk mengaplikasikan bagaimana caranya berdo’a. Selain itu juga memiliki berbagai motivasi atau tujuan-tujuan dalam melakukan ritual berdo’a ini. Tidak ada persyaratan khusus untuk berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan uang secara sukarela. Para peziarah yakin, bahwa semakin banyak mengeluarkan uang atau sesaji, semakin banyak berkah yang akan didapat. Namun ternyata tidak hanya itu. Peziarah ada pula yang membawa buah-buahan, rokok, dan lain-lain untuk dijadikan persembahan. Ada yang bilang bahwa itu hasil panen dari peziarah yang merupakan salah satu perwujudan dari persembahan untuk Mbah Jugo dan Mbah Sujono yang telah mengabulkan do’anya.
Untuk masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak menghadap raja, mereka berjalan dengan lutut. Ritual dilakukan dengan meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan. Di dalam bangunan makam, pengunjung tidak boleh memikirkan sesuatu yang tidak baik serta disarankan untuk mandi keramas sebelum berdoa di depan makam. Hal ini menunjukkan simbol bahwa pengunjung harus suci lahir dan batin sebelum berdoa.
Dalam hal ini, motivasi atau tujuan para pengunjung yang datang ke pesarean ini sangat beragam. Ada yang hanya sekedar berwisata menikmati keindahan dan keunikan dari pesarean, ada yang ingin datang untuk mendoakan leluhur, ada yang sengaja datang untuk melakukan penelitian ilmiah, dan yang paling umum adalah kunjungan ziarah untuk memanjatkan doa agar keinginan lekas terkabul. Seperti halnya jika ada yang menginginkan anak cucu dan keluarga selalu dalam kondisi sehat. Adapula yang menginginkan kesuksesan dan kelancaran dalam menekuni suatu hal.

4.3       Hasil Melakukan Ritual Berdo’a
Mengenai hasil dari melakukan ritual berdo’a, sudah jelas setiap orang akan mendapatkan sebuah hasil yang berbeda-beda. Semua itu tergantung dari segi kepercayaan juga. Jika orang tersebut percaya bahwa dengan sering berdo’a atau berziarah ke makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono semua yang selama ini diminta akan dikabulkan, maka tidak heran juga bahwa do’anya akan dikabulkan. Bahkan ada juga yang merasa bahwa usahanya selama ini untuk berdo’a dimakam dan menjalankan bisnis tidaklah Cuma-Cuma. Karena ada sebagian dari observee yang mengatakan bahwa mulai dari anak cucunya sudah banyak yang sukses.
Selain sukses dan bisnis keluarga menjadi lancar, ada juga yang merasa bahwa dengan sering berdo’a/ berziarah ke makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono semua anggota keluarga menjadi sehat, dan jarang ada yang sakit-sakitan.

4.4       Analisis dengan Teori
Pada penelitian ini lebih mengarah pada apa yang mejadi motivasi/tujuan para peziarah sering melakukan ritual berdo’a di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono. Dari data yang didapat dari observee yang bernama Ibu Arum dan Bapak Alif ini, dapat dikatakan bahwa observee ini sudah menjadikan ritual berdoa sebagai salah satu kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhannya ini mencakup dari kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, istirahat dan sex, kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, kebutuhan akan kasih sayang (love needs), Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status, dan Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya segingga berubah menjadi kemampuan nyata. Semua kebutuhan-kebutuhan tersebut sangatlah mendasar dalam kehidupan kita, tidak hanya pada kedua observee saja. Setiap orang akan membutuhkan semua hal yang tercantum diatas. Tinggal bagaimana setiap orang berusaha untuk medapatkan semua kebutuhan-kebutuhan tersebut agar bisa terpenuhi.

BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
Observasi penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif metode penelitian yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Jenis metode yang digunakan adalah feomenologi dengan perolehan data dari observasi dan wawancara mendalam.
Dari hasil yang didapat dilapangan adalah Gunung Kawi merupakan suatu tempat untuk melakukan ritual dalam berdo’a. selain itu tempat ini selalu ramai di kunjungi oleh peziarah yang ingin melakukan ritual berdo’a khususnya di makam Eyang Djugo dan makam Eyang RM Iman Soedjono. Untuk para peziarah, tidak ada persyaratan khusus untuk melakukan ritual berdo’a di makam ini, melainkan hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan uang secara sukarela.
Berdasarkan hasil dari analisis teori, dapat dipastikan bahwa setiap orang selalu memiliki kebutuhan-kebutuhan. Diamana kebutuhan-kebutuhan tersebut sangatlah mendasar dalam kehidupan kita, tidak hanya pada kedua observee saja. Setiap orang akan membutuhkan semua hal yang tercantum diatas. Tinggal bagaimana setiap orang berusaha untuk medapatkan semua kebutuhan-kebutuhan tersebut agar bisa terpenuhi. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar